Beberapa Kesalahan Orang Tua Dalam Mendidik Anak

Pada postingan terdahulu pernah disampaikan tentang keberadaan anak bagi orang tua. Seharusnya setiap orang bangga punya anak karena anak adalah perhiasan dunia. Apalagi bagi orang tua yang memiliki anak shaleh karena ia adalah aset bagi orang tuanya yang diharapkan akan memberikan do'a bagi orang tuanya. Selain sebagai kesenangan, anak juga merupakan ujian bagi orang tua. Orang tua yang sukses melewati ujian akan keluar sebagai pemenang dengan hasil anak yang sholeh.  Sebaliknya, orang tua yang belum sukses mendidik anaknya, maka akan menuai hasil anak yang mungkin bisa menjerumuskan ke neraka.

Pernah diberitakan media misalnya ada anak melawan orang tuanya, membunuh orang tuanya dan perbuatan lain yang tidak mungkin rasanya itu dilakukan oleh seorang anak terhadap orang tuanya. Naudzubillahi min dzalik. Wajar jika agama menyebut perbuatan itu sebagai satu di antara dosa besar sesudah syirik kepada Allah. 

Dalam perspektif konseling, tidak semua perbuatan salah yang dilakukan anak merupakan kesalahan anak sepenuhnya. Tidak jarang, perbuatan salah anak disebabkan karena kesalahan orang tua dalam pola asuh atau salah bersikap terhadap anak.

Menurut Addahri Hafidz Aulawi, seorang Konselor yang saat ini juga merupakan dosen Konseling STAIN Gajah Putih Takengon, ada beberapa kesalahan orang tua dalam mengasuh dan mendidik anaknya. Sayangnya, kesalahan itu tanpa disadari oleh orang tua. Hal itu terjadi dalam waktu yang sering dan berulang karena tidak disadari sebagai sebuah kesalahan. Dari pengalamannya menghadapi banyak klien, umumnya kesalahan orang tua dapat berupa hal-hal berikut ini. 


Pertama, ada orang tua bersikap seperti polisi. Dalam kasus ini orang tua baru tahu anaknya kalau anaknya bermasalah. Artinya, orang tua tidak tahu menahu dengan anak. Umumnya terjadi pada orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya. Dia baru mau mengurus anaknya lebih ketika anaknya punya kasus atau masalah.


Kesalahan kedua yang juga banyak dijumpai yaitu ada orang tua merasa lebih tahu segalanya. Sehingga pola komunikasi yang terjadi seperti menggurui anaknya. Lebih baik berdiskusi dibanding mengguruinya. Karena anak-anak kita zaman now dalam hal tertentu mungkin lebih tahu dibanding orang tuanya.



Ketiga, orang tua merasa hebat dan selalu berbicara kepada anaknya dengan cara menasehati sehingga anak merasa tidak nyaman. Ganti cara menasehati dengan gaya diskusi. Ketika menasehati anak yang berbuat salah, ajak diskusi dengan memberi pertanyaan sederhana yang justru akan dijawab sendiri oleh anak dengan membenarkan "isi nasehat" dari pertanyaan itu. Contoh, ketika ingin menyampaikan nasehat jangan mencubit temannya dengan ungkapan "kalau adik yang dicubit teman, sakit tidak?"

Kesalahan keempat, ada di antara orang tua yang menceritakan aib anak kepada orang lain, bahkan di hadapan anaknya sendiri. Hal ini berpengaruh buruk bagi anak sehingga anak menjadi tidak percaya diri. Ketika anak tidak percaya diri, kemungkinan anak akan murung. Kemungkinan lain adalah anak  justru malah makin menambah kelakuan buruknya karena telah tersebar aib dirinya yang akan menjadikan orang mencap dirinya sebagai anak yang berperilaku buruk.


Terakhir, kesalahan orang tua yang membandingkan antara satu anaknya dengan anaknya yang lain atau dengan anak orang lain. Yakinilah setiap anak punya kelebihan di samping kekurangannya. Setiap anak istimewa. Jangan disamaratakan setiap anak. Karena membandingkan anak juga akan menjadikan anak tidak menjadi dirinya sendiri. Jika ini terus terjadi, sampai anak dewasa hal ini mungkin akan berpengaruh berupa selalu menyalahkan dirinya ketika mengambil sikap atau langkah yang akan ditempuhnya.

Share this:

Post a Comment

 
  • Contact Us | Site Map | TOS | Privacy Policy | Disclaimer
  • Copyright © Bismi Rabb. Template by OddThemes